LAPORAN
EKOLOGI HUTAN ANALISIS
VEGETASI

Disusun oleh:
SINTA MARITO SINAGA
CCA 113 029
KELOMPOK III
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2014
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
laporan Ekologi hutan ini dapat di
selesaikan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada :
1
Dosen pengampu
mata kuliah Ekologi Hutan yang telah membimbing kami dalam mata kuliah dan
praktikum ini.
2
Kepada
anggota kelompok III yang
telah menjalin kekompakan dan kerjasama untuk praktikum ini.
Dalam laporan
praktikum ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik materi,
pembahasan maupun penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
kami harapkan dari pembaca dalam
penyempurnaa laporan ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Palangka
Raya, Desember 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang................................................................................. 1
1.2
Tujuan
Praktikum............................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Struktur dan Komposisi Hutan........................................................ 3
2.2
Analisis
Vegetasi.............................................................................. 4
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1
Tempat
dan Waktu........................................................................... 11
3.2
Objek dan Alat Praktikum............................................................... 11
3.3
Prosedur
Pelaksanaan....................................................................... 11
3.4
Analisis Data.................................................................................... 12
IV. HASIL PRAKTIKUM
4.1 Komposisi
Hutan.............................................................................. 14
4.2 Struktur
Tegakan.............................................................................. 19
4.3 Dominansi
Jenis................................................................................ 20
4.4 Keanekaragam
Jenis......................................................................... 21
4.5 Tingkat
Pemusatan Jenis.................................................................. 22
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No.
Judul Halaman
1. Formulir
lapangan untuk vegetasi Tingkat Semai dan Pancang....................... .... 18
2. Formulir
lapangan untuk vegetasi Tingkat Tiang dan Pohon................................ 19
3. Nilai
K dan dan Lbd Tingkat Tiang...................................................................... 19
4. Nilai
K dan dan Lbd Tingkat Pohon.................................................................... 20
5. Nilai
INP dan dan Lbd Tingkat Tiang.................................................................. 20
6. Nilai
INP dan dan Lbd Tingkat Pohon................................................................. 21
7. Nilai
H Tingkat Pohon.......................................................................................... 22
8. Nilai
H Tingkat Pohon.......................................................................................... 22
9. Nilai
ID Tingkat Tiang.......................................................................................... 22
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul Halaman
1. Merintis
semak................................................................................................. .... 28
2. Membuat
jalur dengan membidik..................................................................... .... 28
3. Pembuatan plot................................................................................................. .... 29
4. Pembuatan
jalur................................................................................................ .... 29
5. Membuat
batas plot.......................................................................................... .... 29
6. Mengukur
keliling pohon................................................................................. .... 30
7. Keliling
pohon.................................................................................................. .... 30
8. Penulisan
data pada tally sheet........................................................................ .... 30
9. Pembuatan
label jenis pohon............................................................................ .... 30
10. Nama Jenis dan keliling
pohon........................................................................ .... 31
11. Alat dan Bahan
Praktikum.............................................................................. .... 31
12. Foto Bersama Kelompok
3 dan Dosen........................................................... .... 32
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Vegetasi merupakan
kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup
bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi
itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat
dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di
suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula
faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis,
selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Michael (1992) analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat
terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam
hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun
keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan
satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi
konkrit.
Ada berbagai metode
yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan
menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini
sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan
plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok
digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa
denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat
lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau
vcegetasi kompleks lainnya. Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan
(vegetasi) disebut juga fitososiologi, analisis vegetasinya disebut analisis
vegetasi yang dapat secara kualitatif dan kuantitatif . Karena ada hubungan
yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas disuatu lingkungan
bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi dipermukaan bumi menunjukan
pola diskontinyu.
1.2. Tujuan Praktik
Tujuan praktik
adalah agar mahasiswa dapat melakukn sampling vegetasi, selain itu juga dapat
melakukan analisis vegetasi dan membuat laporan ilmiah.
2.1. Struktur dan Komposisi Hutan
Pengertian dan
Definisi Tegakan adalah suatu unit-unit pengelolaan hutan yang cukup homogen,
sehingga dapat dibedakan dengan jelas dari tegakan yang ada di sekitarnya.
Perbedaan itu disebabkan karena umur, komposisi, struktur atau tempat tumbuh.
Dalam hal ini kita kenal adanya tegakan pinus, tegakan jati, tegakan kelas umur
satu, dua, dan lain sebagainya. Di dalam suatu wilayah hutan alam, dengan jenis
penyusunnya yang beragam dan umur tidak sama tapi masih memberikan kesan umum (general
appearance) yang berbeda dengan wilayah atau areal atau kelompok vegetasi
lain, yang berbeda di dekatnya, juga merupakan suatu tegakan hutan. Dalam hal
ini, tegakan lebih cendrung diartikan sebagai suatu satuan pepohonan hutan
(Wikipedia, 2012).
Yang dimaksud dengan
struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas dilihat dari stratafikasinya
lapisan (dari atas kebawah) secara horizontal bentuk pertumbuhannya,
sosialitasnya, asosiasinya antar spesifik serta kerapatan dan biomassa
(analisis kuantitatif) sedang komposisi komunitas adalah anggota spesies. Untuk
mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan
sebelumnya paling baik digunakan cara jalur transek. Cara ini paling efektif
untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi
dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis-gasris topografi,
misalnya dari tepi laut kepedalaman memotong sungai dan mendaki atau menurun lereng
pegunungan (Anggia, 2011).
2.2. Analisis Vegetasi
Menurut Polunin (1990) para
pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem,
yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungan dari
sejarah dan faktor mudah di ukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi
secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang
berguna tentang komponen komponen lainnya dari suatu ekosistem. Ada dua fase
dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendeskrisipkan dan menganalisa, yang masing-masing
menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang
dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau
sempitnya yang ingin di ungkapkan, keahlian dari bidang botani dari
pelaksana(dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistematik), dan variasi
vegetasai secara alami itu sendiri. Pakar ekologi dalam pengetahuan yang
memadai tentang sistematik tumbuhan berkecenderungan untuk melakukan pendekatan
secara floristika dalam mengungkapkan sesuatu vegetasi, yaitu berupa komposisi
dan struktur tumbuhan pembentuk vegetasi tersebut. Pendekatan kajian pun sangat
tergantung pada permasalahan apakah bersifat autokelogi atau sinetologi, dan
juga apakah menyangkut masalah produktifitas atau hubungan sebab akibat. Pakar
autekologi biasannya memerlukan pengetahuan tentang kekerapan atau penampakan
dari suatu spesies tumbuhan, sedangkan pakar sinekologi berkepentingan dengan komunitas
yaitu problema yang dihadapi sehubungan dengan keterkaitan antara alam dengan
variasi vegetasi. Pakar ekologi produktifitas memerlukan data tentang berat
kering dan kandungan kalori yang dalam melakukannya sangat menyita waktu dan
juga bersifat destruktif.
Deskripsi vegetasi juga
memerlukan bagian yang integral dengan kegiatan survey sumber daya alam,
misalnya sehubungan dengan inventarisasi kayu untuk balok dihutan, dan menelaah
kapasitas tampung suatu lahan untuk tujuan ternak atau pengembalaan. Pakar
tanah, dan sedikit banyak pakar geologi dan pakar iklim tertarik dengan
vegetasi sebagai ekspresi dari factor-faktor yang mereka pelajari. Dalam
mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa
vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama
didalam suatu tempat tertentu yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies
sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi
sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fisiognomi
(Kimmins,
1987).
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas
dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang
menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun
suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
·
Belukar (Shrub), tumbuhan yang memiliki kayu
yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
·
Epifit (Epiphyte), tumbuhan yang hidup
dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup
sebagai parasit atau hemi-parasit.
·
Paku-pakuan (Fern), tumbuhan tanpa bunga atau
tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada
rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
·
Palma (Palm), tumbuhan yang tangkainya
menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun
pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak
daun.
·
Pemanjat (Climber), tumbuhan seperti kayu atau
berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk
penyokongnya seperti kayu atau belukar.
·
Terna (Herb), tumbuhan yang merambat ditanah,
namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya
memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki
tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
·
Pohon (Tree), tumbuhan yang memiliki kayu besar,
tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih
dari 20 cm.
Untuk
tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
·
Semai (Seedling), permudaan mulai dari kecambah
sampai anakan kurang dari 1.5 m.
·
Pancang (Sapling), permudaan dengan tinggi 1.5 m
sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
·
Tiang (Poles), pohon muda berdiameter 10 cm
sampai kurang dari 20 cm.
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan
spesiesnya, jumlah spersies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam
hubungannya dalam kelimpahan relative spesies. Beberapa komunitas terdiri dari
beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies
yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya banyak ditemukan.
Berdasarkan tujuan pendugaan
kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu :
- Pendugaan komposisi vegetasi
dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal
lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda
- Menduga tentang keragaman jenis
dalam suatu areal
- Melakukan korelasi antara
perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor
lingkungan (Greig-Smith, 1983 dalam Heriyanto 2009).
Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum
diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan cara jalur atau transek.
Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti
padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen
(Admin, 2008).
Menurut Odum (1993), menyatakan bahwa transek merupakan gris
sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan.
Transek juga dapat dipakai dalam studi altituide dan mengetahui perubahan
komunitas yang ada. Transek adalah jalur sempit meintang lahan yang akan
dipelajari/diselidiki. Metode Transek bertujuan untuk mengetahui hubungan
perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan serta untuk mengetahui hubungan
vegeterasi yang ada disuatu lahan secara cepat.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangakan berbagai
metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan sangat membantu dalam
mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal metodologi
ini sanagt berkembang sangat pesat sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tidak lupa pula diperhitungkan berbagai kendala
yang ada.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk
menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan
lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
1. Metode Destruktif (Pengukuran yang
bersifat merusak)
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi
organik yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang
dipakai bisa diproduktivitas primer, maupun biomasa. Dengan demikian dalam
pendekatan selalu harus dilakukan penuain atau berarti melakukan perusakan
terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk vegetasi
yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai
lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup
atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas
suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus
menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini
adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2. Metode non Destruktif (Pengukuran yang
bersifat tidak merusak)
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu
berdasarkan penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan pada
taksonominya), dan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan
organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
Ø Metode non-destruktif,
non-floristika, metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar
vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951), yang
kemudian diekspresikan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973) dan serau membagi
dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun,
bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap
karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang
pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar. Bentuk Hidup
Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam pembuatan
peta vegetasi dengan skala kecil sampai sedang, dengan tujuan untuk
menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan
bagi disiplin ilmu yang lainnya. Untuk memahami metode non-floristika ini
sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada
prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya,
jadi pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka
membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
Ø Metode non destruktif floristika,
metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari
berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies
pembantuk masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari
setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah mutlak diperlukan. Dalam
pelaksanaanya ditunjang dengan variabel-variabel yang diperlukan untuk
menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi.
Teknik analisis
vegetasi ada 2 cara, yaitu:
1. Dengan
Plot
2. Tanpa
Plot, adalah metode yang tidak memerlukan luas kuadran titik. Yang dibagi
kedalam 7 yaitu:
·
Metode
kuadran
·
Metode
Individu terdekat
·
Metode Acak
Berpasangan
·
Metode
Bertetangga Terdekat
·
Metode Intersep/
titik jenuh
·
Metode Garis
Sentuh
·
Metode
Bitterlinch
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum
Ekologi Hutan analisis vegetasi ini dilaksanakan di area hutan kampus Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya pada hari Sabtu tanggal 06
Desember 2014 pada pukul 07.00 WIB sampai selesai.
3.2. Objek dan Alat
1.
Vegetasi
berkayu.
2.
Plastik
label, sesuai kebutuhan.
3.
Patok
berfungsi untuk menandai daerah pengamatan dengan diameter ± 2,5 cm.
4.
Tali
rapia berfungsi untuk membatasi garis transek sebanyak 1 rol.
5.
Kompas
berfungsi untuk menentukan arah garis transek satu buah.
6.
Meteran
ukuran 10 m atau 20 m berfungsi untuk mengukur lebar plot, panjang garis
transek dan mengukur keliling batang pohon.
7.
Pita
diameter dua buah.
8.
Spidol
permanent.
9.
Tally
sheet dan alat tulis berfungsi untuk mencatat data yang diperoleh.
10.
Parang
dua buah.
3.3. Prosedur Pelaksanaan
Metode
analisis vegetasi menggunakan kombinasi antara metode jalur (untuk risalah
pohon) dengan metode garis berpetas (untuk risalah permudaa). Skematik petak
contoh dapat dilihat gambar. Prosedur pelaksanaa praktik, dalam rangka
pengumpulan data vegetasi diuraikan sebagai berikut:
1. Pembentukan
kelompok praktik. Setiap kelompok beranggotakan 8 mahasiswa.
2. Menentukan
lokasi/unit contoh (jalur pengamatan).
3. Membuat
jalur pengamatan/pengukuran dengan bantuan kompas dan tetapkan/tentukan pula
azimuth jalur pengamatannya. Panjang jalur pengamatan yang dibuat oleh setiap
kelompok praktik yakni 50 m.
4. Pembuatan
plot dan sub plot pengamatan dilakukan dengan sistem nested sampling yang
ditempatkan disepanjang jalur pengamatan. Hal tersebut ditunjukkan dalam
gambar.
5. Pengamatan
(pengumpulan) data vegetasi dilakukan pada plot ukuran: 10 m x 10 m (untuk tingkat
pohon), 5 m x 10 m (untuk tingkat tiang), 5 m x 5 m (untuk tingkat pancang) dan
2 m x 2 m (untuk tingkat semai).
6. Mencatat
data vegetasi, untuk tingkat semai dan pancang meliputi jenis dan jumlah
individu setiap jnis, sedangkan untuk vegetasi tingkat tiang dan pohon variable
yang dicatat dan diukur meliputi jenis dan diameter (130 cm diatas permukaan
tanah). Format tally sheet dapat dilihat contoh. Dalam praktik ini digunakan
criteria pertumbuhan vegetasi sebagai berikut:
a)
Semai :
Anakan pohon/permudaan setinggi ≤ 1,5 m
b)
Pancang :
Permudaan yang tingginya ≥ 1,5 m sampai diameter < 10 cm
c)
Tiang :
Pohon muda yang berdiameter mulai 10 cm sampai < 20 cm
d)
Pohon :
Pohon dewasa berdiameter ≥ 20 cm
3.4. Analisis Data
Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis baik INP dan parameter kuantitatif
lainnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kerapatan
(K) = Jumlah individu
Luas petak ukur
Luas petak ukur
Kerapatan
relatif (KR) = Kerapatan satu jenis
x 100%
Kerapatan seluruh jenis
Kerapatan seluruh jenis
Frekwensi
(F) = Jumlah petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak
Jumlah seluruh petak
Frekwensi
relatif (FR) = Frekwensi suatu jenis x
100%
Frekwensi seluruh jenis
Frekwensi seluruh jenis
Dominansi
(D) = Luas Bidang Dasar suatu
jenis
Luas petak ukur
Luas petak ukur
Nilai Penting
(INP) = Kr
+ Dr + Fr ; untuk vegetasi tiang dan pohon
Nilai Penting
=
Kr + Fr ; untuk vegetasi
pancang dan semai
4.1. Komposisi Hutan
Kelompok kami
yaitu kelompok 2 yaitu jalur 3, bidikan azimuth kami yaitu 1580 dan
back azimuthnya adalah 1580 + 1800= 3380. Adapun vegetasi yang kami dapat dijalur
3 adalah:
1) Jelutung
(Dyera sp)
Kingdom : Plantae
Devisi : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Mangnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Ordo :
Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Dyera
Spesies : Dyera
costulata Hook
2) Blangeran
(Shorea blangeran)
Kingdom : Plantae
Devisi : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Mangnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Ordo : Theales
Family : Dipterocarpacea
Genus : Shorea
Spesies : Shorea
blangeran Burck
3) Spesies
1
Kingdom :
Devisi :
Kelas :
Ordo :
Family :
Genus :
4) Bintangur
(Calophyllum inophyllum)
Kingdom : Plantae
Devisi : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Mangnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Ordo : Malpighiales
Family : Clusiaceae
Genus : Calophyllum
5) Galam
(Malaleuca leucadendra lyn)
Kingdom : Plantae
Devisi : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Mangnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : M.
leucadendra
6) Meranti
Tembaga (Shorea leprosula Miq)
Kingdom : Plantae
Devisi : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Mangnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Ordo : Theales
Family : Dipterocarpacea
Genus : Shorea
Spesies : Shorea
leprosula Miq
7) Spesies
2
Kingdom :
Devisi :
Kelas :
Ordo :
Family :
Genus :
8) Spesies
4
9) Sungkai
(Peronema canescens)
Kingdom : Plantae
Devisi : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Mangnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Ordo : Lamiales
Family : Verbeaceae
Genus : Penorema
Spesies : Peronema
canescens
10)
Akasia daun kecil (Acacia crassicarpa)
Kingdom : Plantae
Devisi : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Mangnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Acacia
Spesies : A.
crassicarpa
11)
Akasia daun kecil (Acacia mangium)
Kingdom : Plantae
Devisi : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Mangnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Acacia
Spesies : A.
mangium
Berikut adalah tabel Formulir lapangan untuk vegetasi
Tingkat Semai dan Pancang.
Tabel 1. Formulir
lapangan untuk vegetasi Tingkat Semai dan Pancang.
No jalur
|
No PU
|
Nama Jenis
|
Jumlah individu
|
Ket
|
3
|
1
|
-
|
0
|
Semai
|
Jelutung
|
1
|
Pancang
|
||
Spesies 1
|
1
|
Pancang
|
||
Blangeran
|
1
|
Pancang
|
||
Blangeran
|
1
|
Pancang
|
||
2
|
Blangeran
|
1
|
Pancang
|
|
Blangeran
|
1
|
Pancang
|
||
Calophylum
|
1
|
Pancang
|
||
Galam
|
1
|
Pancang
|
||
3
|
Jelutung
|
1
|
Semai
|
|
Jelutung
|
1
|
Semai
|
||
Jelutung
|
1
|
Semai
|
||
meranti tembaga
|
1
|
Pancang
|
||
Spesies 2
|
1
|
Pancang
|
||
spesies 2
|
1
|
Pancang
|
||
Blangeran
|
1
|
Pancang
|
||
4
|
spesies 4
|
1
|
Pancang
|
|
Blangeran
|
1
|
Pancang
|
||
sungkai
|
1
|
Semai
|
||
sungkai
|
1
|
Semai
|
||
sungkai
|
1
|
Semai
|
||
sungkai
|
1
|
Semai
|
||
meranti tembaga
|
1
|
Pancang
|
||
sungkai
|
1
|
Pancang
|
||
Calophylum
|
1
|
Pancang
|
||
Blangeran
|
1
|
Pancang
|
||
5
|
Blangeran
|
1
|
Pancang
|
|
Blangeran
|
1
|
Pancang
|
||
sungkai
|
1
|
Pancang
|
Berikut adalah tabel Formulir
lapangan untuk vegetasi Tingkat Tiang,dan Pohon.
Tabel 2. Formulir lapangan untuk
vegetasi Tingkat Tiang dan Pohon.
No jalur
|
No PU
|
Nama Jenis
|
Diameter (cm)
|
Ket
|
3
|
1
|
Blangeran
|
9.55
|
tiang
|
2
|
Nihil
|
0
|
-
|
|
3
|
Akasia daun kecil
|
41.4
|
pohon
|
|
Akasia daun kecil
|
27.7
|
pohon
|
||
Akasia daun lebar
|
18.15
|
tiang
|
||
4
|
Akasia daun kecil
|
23.88
|
pohon
|
|
5
|
Akasia daun lebar
|
29.29
|
pohon
|
|
Akasia daun lebar
|
21.33
|
pohon
|
4.2. Struktur Tegakan
·
Jalur =
1,
Plotnya = 5
Jumlah petak
ukur = 1 x 5 = 5
·
Luas Petak ukur ; tingkat tiang = 5 m x 10 m x 50 m/ 10000 = 0.25 m
Tingkat pohon = 10 m x 10 m x 50
m/10000 = 0.5 m
Untuk nilai K dan dan Lbd Tingkat tiang
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel
3. Nilai K dan dan Lbd Tingkat tiang
No Jalur
|
No
PU
|
Nama jenis
|
Diameter
|
K
|
KR (%)
|
Lbd
|
13
|
1
|
Blangeran
|
9.55
|
1/2 x 0.25 =
0.125
|
0.125/0.25 x100 =
50
|
¼ x 3.14 x (9.55)2/10000
= 0.0071
|
3
|
Akasia daun lebar
|
18.15
|
1/2 x 0.25 =
0.125
|
0.125/0.25 x100 =
50
|
¼ x 3.14 x
(18.15)2/10000 = 0.0258
|
|
0.25
|
100
|
Untuk nilai K dan dan Lbd Tingkat pohon
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel
4. Nilai K dan dan Lbd Tingkat Pohon
No
Jalur
|
No
PU
|
Nama
jenis
|
D
|
K
|
KR
(%)
|
Lbd
|
13
|
3
|
Akasia
daun kecil
|
41.4
|
3/5
x 0.5 = 0.3
|
0.3/0.5
x 100= 60
|
¼
x 3.14 x (41.4)2/10000
= 0.1345
|
3
|
Akasia
daun kecil
|
27.7
|
¼
x 3.14 x (27.7)2/10000 = 0.0602
|
|||
4
|
Akasia
daun kecil
|
23.88
|
¼
x 3.14 x (23.88)2/10000 = 0.0447
|
|||
5
|
Akasia
daun lebar
|
29.29
|
2/5
x 0.5 = 0.2
|
0.2/0.5
x100 =40
|
¼
x 3.14 x (29.29)2/10000 = 0.0673
|
|
5
|
Akasia
daun lebar
|
21.33
|
¼
x 3.14 x (21.33)2/10000 = 0.0357
|
|||
Jlh
|
0.5
|
100
%
|
4.3. Dominansi Jenis (INP)
Nilai Penting
(INP) = Kr + Dr + Fr ; untuk vegetasi tiang dan pohon
Untuk nilai INP Tingkat tiang dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel
5. Nilai INP Tingkat Tiang
F
|
FR (%)
|
D
|
DR (%)
|
INP (%)
|
1/5 = 0.2
|
0.2/0.4 x 100 =
50
|
0.125 x 0.0071=
0.0008
|
0.0008/0.0041 x 100 =
21.6826
|
50 +50
+21.6826= 121.6826 |
1/5 = 0.2
|
0.2/0.4 x 100 =
50
|
0.125 x 0.0258=
0.0032
|
0.0032/0.004 x 100=
78.3173
|
50+50+78.3173
=178.3173
|
0.4
|
100
|
0.0041
|
100
|
300
|
Untuk nilai INP Tingkat pohon dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel
6. Nilai INP dan dan Lbd Tingkat Pohon.
F
|
FR (%)
|
D
|
DR (%)
|
INP (%)
|
3/5= 0.6
|
0.6/1x100=60
|
0.3x0.0798=0.0239
|
0.0239/0.0342x100=69.88
|
60+60+69.88=
189.88
|
2/5= 0.4
|
0.4/1x100=40
|
0.2x0.0515=0.0103
|
0.0103/0.0342x100=30.11
|
40+40+30.11=
110.11
|
1
|
100
|
0.0342
|
100
|
300
|
4.4. Keanekaragaman Jenis (H’)
Untuk nilai H Tingkat tiang dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel
7. Nilai H Tingkat Tiang
Jenis
|
Nilai H tingkat Tiang
|
Blangeran
|
H= -∑(121.6826/300) log (121.6826/300)
H= -∑0.4056 log
0.4056
H=-∑0.4056 x (-0.3919)
H=0.1587
|
Akasia daun lebar
|
H= -∑(178.3173/300) log (178.3173/300)
H= -∑0.5943 log 0.5943
H=-∑0.5943 x (-0.2259)
H=0.3142
|
Untuk nilai H Tingkat Pohon dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel
8. Nilai H Tingkat Pohon
Jenis
|
Nilai H tingkat
Tiang
|
Akasia daun kecil
|
H= -∑(189.88/300) log (189.88/300)
H= -∑0.6329 log 6329
H=-∑0.6329 x (-0.1986)
H=0.0021
|
Akasia daun lebar
|
H= -∑(110.11/300) log (110.11/300)
H= -∑0.3670 log 0.4352
H=-∑0.3670 x (-0.4352)
H=0.1597
|
4.4. Tingkat Pemusatan Jenis (ID)
Untuk nilai ID Tingkat tiang dapat
dilihat pada tabel 9.
Tabel
9. Nilai ID Tingkat tiang
Jenis
|
ID
|
Blangeran
|
ID
=∑(n-i/N)2
ID
= ∑(121.6826/300)2
ID =
(0.4056)2
ID =
0.1645
|
Akasia
daun lebar
|
ID
=∑(n-i/N)2
ID
= ∑(178.3173/300)2
ID =
(0.5943)2
ID = 0.3533
|
Untuk nilai ID Tingkat pohon dapat
dilihat pada tabel 9.
Tabel
9. Nilai ID Tingkat Pohon
Jenis
|
ID
|
Akasia
daun kecil
|
ID
=∑(n-i/N)2
ID
= ∑(189.88/300)2
ID =
(0.6329)2
ID =
0.400
|
Akasia
daun lebar
|
ID
=∑(n-i/N)2
ID
= ∑(110.11/300)2
ID =
(0.3670)2
ID =
0.1347
|
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
adalah:
·
Analisis vegetasi
adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dengan analisis vegetasi
dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu
komunitas tumbuhan.
·
Banyaknya jenis dan
jumlah individu yang dapat ditemukan di daerah tertentu dari suatu populasi
yang membentuk suatu komunitas dan menjadi ekosistem pada pengamatan Analisis
vegetasi.
·
Definisi Tegakan adalah suatu unit-unit
pengelolaan hutan yang cukup homogen, sehingga dapat dibedakan dengan jelas
dari tegakan yang ada di sekitarnya. Perbedaan itu disebabkan karena umur,
komposisi, struktur atau tempat tumbuh. Dalam hal ini kita kenal adanya tegakan
pinus, tegakan jati, tegakan kelas umur satu, dua, dan lain sebagainya.
·
Teknik
analisis vegetasi ada 2 cara, yaitu dengan Plot dan tanpa Plot.
·
Vegetasi yang
ada dalam jalur pengamatan kami ada 11 jenis yaitu: Jelutung, Spesies1,
Blangerang, Calophylum, Galam, Mranti tembaga, Spesies 2, Spesies 3, Sungkai, Akasia
daun kecil, Akasia daun lebar.
·
Yang termasuk dalam vegetasi tingkat
Semai adalah Jelutung, Spesies1,
Calophylum, Galam, Mranti tembaga, Spesies 2, Spesies 3, Sungkai, Akasia daun
kecil, Akasia daun lebar.
·
Yang termasuk dalam vegetasi tingkat
tiang adalah Akasia daun lebar,
Blangerang.
·
Yang termasuk dalam vegetasi tingkat
Pohon adalah adalah Akasia daun lebar dan Akasia daun kecil.
·
Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Luasan petak contoh
pada vegetasi tingkat tiang
= 5 m x 10 m x 50 m/ 10000 = 0.25
m.Tingkat pohon = 10 m x 10 m x 50 m/10000 = 0.5 m
Anggia, 2011. http://id.scribd.com/doc/75452254/Laporan-Praktikum-Ekologi-Tumbuhan-Analisis-Vegetasi. Diakses pada
Tanggal 6 Desember 2014.
Michael,
M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Polunin,
N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wahyu,
Ikhsan. 2009. Analisis Vegetasi. http://biologi08share.blogspot.com/2009_04_01_ archive.html. . Diakses pada Tanggal 9 Desember
2014.
Andre.
M. 2009. Apa
dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.
http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana
mempelajari
analisa-vegetasi/. Diakses pada Tanggal 10 Desember 2014.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan
Publishing Co.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.
Yogyakarta: UGM Press
Admin.
2009. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-
bagaimana-mempelajari-analisa-vegetasi/ . Diakses pada Tanggal 10 Desember
2014.
Wikipedia,
2012. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/10/struktur-dan-komposisi-vegetasi.html. . Diakses pada
Tanggal 15 Desember 2014.
Gambar 1.
Merintis semak Gambar
2. Membuat jalur dengan membidik
Gambar 3. Pembuatan plot
Gambar 4. Pembuatan jalur
Gambar 5. Membuat batas plot
Gambar
8. Penulisan data pada tally sheet Gambar
9. Pembuatan label jenis pohon
Gambar
10. Nama Jenis dan keliling pohon
Gambar
11. Alat dan Bahan Praktikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar