Selasa, 28 April 2015

Laporan Ekologi Hutan

LAPORAN
EKOLOGI HUTAN ANALISIS VEGETASI



images.jpg

Disusun oleh:
SINTA MARITO SINAGA
CCA 113 029
KELOMPOK III







KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2014

 KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya laporan Ekologi hutan ini dapat di selesaikan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1          Dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hutan yang telah membimbing kami dalam mata kuliah dan praktikum ini.
2          Kepada anggota kelompok III yang telah menjalin kekompakan dan kerjasama untuk praktikum ini.
Dalam laporan praktikum ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik materi, pembahasan maupun penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun kami harapkan dari pembaca dalam penyempurnaa laporan ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Palangka Raya, Desember 2014

                                                                  Penulis,








DAFTAR ISI
                                                                                                Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................          i
DAFTAR ISI...............................................................................................          ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................          iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................          v
I. PENDAHULUAN                                                                                   
1.1        Latar Belakang.................................................................................          1
1.2        Tujuan Praktikum.............................................................................          2
II. TINJAUAN PUSTAKA                                               
2.1        Struktur dan Komposisi Hutan........................................................          3
2.2        Analisis Vegetasi..............................................................................          4
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1        Tempat dan Waktu...........................................................................          11
3.2        Objek dan Alat Praktikum...............................................................          11
3.3        Prosedur Pelaksanaan.......................................................................          11
3.4        Analisis Data....................................................................................          12
IV. HASIL PRAKTIKUM
4.1     Komposisi Hutan..............................................................................          14
4.2     Struktur Tegakan..............................................................................          19
4.3     Dominansi Jenis................................................................................          20
4.4    Keanekaragam Jenis.........................................................................          21
4.5    Tingkat Pemusatan Jenis..................................................................          22
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN                                   




















DAFTAR TABEL
                                                                                              
No.                  Judul                                                                                  Halaman
1.    Formulir lapangan untuk vegetasi Tingkat Semai dan Pancang....................... .... 18
2.    Formulir lapangan untuk vegetasi Tingkat Tiang dan Pohon................................ 19
3.    Nilai K dan dan Lbd Tingkat Tiang...................................................................... 19
4.    Nilai K dan dan Lbd Tingkat Pohon.................................................................... 20
5.    Nilai INP dan dan Lbd Tingkat Tiang.................................................................. 20
6.    Nilai INP dan dan Lbd Tingkat Pohon................................................................. 21
7.    Nilai H Tingkat Pohon.......................................................................................... 22
8.    Nilai H Tingkat Pohon.......................................................................................... 22
9.    Nilai ID Tingkat Tiang.......................................................................................... 22











DAFTAR GAMBAR
No.                  Judul                                                                                  Halaman
1.  Merintis semak................................................................................................. .... 28
2.  Membuat jalur dengan membidik..................................................................... .... 28
3.  Pembuatan plot................................................................................................. .... 29
4.  Pembuatan jalur................................................................................................ .... 29
5.  Membuat batas plot.......................................................................................... .... 29
6.  Mengukur keliling pohon................................................................................. .... 30
7.  Keliling pohon.................................................................................................. .... 30
8.  Penulisan data pada tally sheet........................................................................ .... 30
9.  Pembuatan label jenis pohon............................................................................ .... 30
10. Nama Jenis dan keliling pohon........................................................................ .... 31
11. Alat dan Bahan Praktikum.............................................................................. .... 31
12. Foto Bersama Kelompok 3 dan Dosen........................................................... .... 32

 I.       PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Michael (1992) analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter.  Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks lainnya. Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan (vegetasi) disebut juga fitososiologi, analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi yang dapat secara kualitatif dan kuantitatif . Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas disuatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi dipermukaan bumi menunjukan pola diskontinyu.
1.2.      Tujuan Praktik
            Tujuan praktik adalah agar mahasiswa dapat melakukn sampling vegetasi, selain itu juga dapat melakukan analisis vegetasi dan membuat laporan ilmiah.













II.      TELAAH PUSTAKA
2.1.      Struktur dan Komposisi Hutan
            Pengertian dan Definisi Tegakan adalah suatu unit-unit pengelolaan hutan yang cukup homogen, sehingga dapat dibedakan dengan jelas dari tegakan yang ada di sekitarnya. Perbedaan itu disebabkan karena umur, komposisi, struktur atau tempat tumbuh. Dalam hal ini kita kenal adanya tegakan pinus, tegakan jati, tegakan kelas umur satu, dua, dan lain sebagainya. Di dalam suatu wilayah hutan alam, dengan jenis penyusunnya yang beragam dan umur tidak sama tapi masih memberikan kesan umum (general appearance) yang berbeda dengan wilayah atau areal atau kelompok vegetasi lain, yang berbeda di dekatnya, juga merupakan suatu tegakan hutan. Dalam hal ini, tegakan lebih cendrung diartikan sebagai suatu satuan pepohonan hutan (Wikipedia, 2012).
Yang dimaksud dengan struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas dilihat dari stratafikasinya lapisan (dari atas kebawah) secara horizontal bentuk pertumbuhannya, sosialitasnya, asosiasinya antar spesifik serta kerapatan dan biomassa (analisis kuantitatif) sedang komposisi komunitas adalah anggota spesies. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan cara jalur transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis-gasris topografi, misalnya dari tepi laut kepedalaman memotong sungai dan mendaki atau menurun lereng pegunungan (Anggia, 2011).


2.2.      Analisis Vegetasi
Menurut Polunin (1990) para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungan dari sejarah dan faktor mudah di ukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen komponen lainnya dari suatu ekosistem. Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendeskrisipkan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin di ungkapkan, keahlian dari bidang botani dari pelaksana(dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistematik), dan variasi vegetasai secara alami itu sendiri. Pakar ekologi dalam pengetahuan yang memadai tentang sistematik tumbuhan berkecenderungan untuk melakukan pendekatan secara floristika dalam mengungkapkan sesuatu vegetasi, yaitu berupa komposisi dan struktur tumbuhan pembentuk vegetasi tersebut. Pendekatan kajian pun sangat tergantung pada permasalahan apakah bersifat autokelogi atau sinetologi, dan juga apakah menyangkut masalah produktifitas atau hubungan sebab akibat. Pakar autekologi biasannya memerlukan pengetahuan tentang kekerapan atau penampakan dari suatu spesies tumbuhan, sedangkan pakar sinekologi berkepentingan dengan komunitas yaitu problema yang dihadapi sehubungan dengan keterkaitan antara alam dengan variasi vegetasi. Pakar ekologi produktifitas memerlukan data tentang berat kering dan kandungan kalori yang dalam melakukannya sangat menyita waktu dan juga bersifat destruktif.
Deskripsi vegetasi juga memerlukan bagian yang integral dengan kegiatan survey sumber daya alam, misalnya sehubungan dengan inventarisasi kayu untuk balok dihutan, dan menelaah kapasitas tampung suatu lahan untuk tujuan ternak atau pengembalaan. Pakar tanah, dan sedikit banyak pakar geologi dan pakar iklim tertarik dengan vegetasi sebagai ekspresi dari factor-faktor yang mereka pelajari. Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama didalam suatu tempat tertentu yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fisiognomi (Kimmins, 1987).
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
·         Belukar (Shrub), tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
·         Epifit (Epiphyte), tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
·         Paku-pakuan (Fern), tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
·         Palma (Palm), tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
·         Pemanjat (Climber), tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
·         Terna (Herb), tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
·         Pohon (Tree), tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
·         Semai (Seedling), permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
·         Pancang (Sapling), permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
·         Tiang (Poles), pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spersies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies. Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya banyak ditemukan.
            Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu :
  1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda
  2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal
  3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983 dalam Heriyanto 2009).
Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan cara jalur atau transek. Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen (Admin, 2008).
Menurut Odum (1993), menyatakan bahwa transek merupakan gris sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat dipakai dalam studi altituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada. Transek adalah jalur sempit meintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Metode Transek bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan serta untuk mengetahui hubungan vegeterasi yang ada disuatu lahan secara cepat.
                Dalam ilmu vegetasi telah dikembangakan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal metodologi ini sanagt berkembang sangat pesat sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tidak lupa pula diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada.
1.         Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak)
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa diproduktivitas primer, maupun biomasa. Dengan demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan penuain atau berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2.         Metode non Destruktif (Pengukuran yang bersifat tidak merusak)
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan pada taksonominya), dan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
Ø   Metode non-destruktif, non-floristika, metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951), yang kemudian diekspresikan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973) dan serau membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar. Bentuk Hidup Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skala kecil sampai sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya. Untuk memahami metode non-floristika ini sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
Ø   Metode non destruktif floristika, metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembantuk masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah mutlak diperlukan. Dalam pelaksanaanya ditunjang dengan variabel-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi.
Teknik analisis vegetasi ada 2 cara, yaitu:
1.         Dengan Plot
2.         Tanpa Plot, adalah metode yang tidak memerlukan luas kuadran titik. Yang dibagi kedalam 7 yaitu:
·         Metode kuadran
·         Metode Individu terdekat
·         Metode Acak Berpasangan
·         Metode Bertetangga Terdekat
·         Metode Intersep/ titik jenuh
·         Metode Garis Sentuh
·         Metode Bitterlinch










III.    METODE PELAKSANAAN
3.1.      Tempat dan Waktu
            Praktikum Ekologi Hutan analisis vegetasi ini dilaksanakan di area hutan kampus Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya pada hari Sabtu tanggal 06 Desember 2014 pada pukul 07.00 WIB sampai selesai.
3.2.      Objek dan Alat
1.       Vegetasi berkayu.
2.       Plastik label, sesuai kebutuhan.
3.       Patok berfungsi untuk menandai daerah pengamatan dengan diameter ± 2,5 cm.
4.       Tali rapia berfungsi untuk  membatasi garis transek sebanyak 1 rol.
5.       Kompas berfungsi untuk menentukan arah garis transek satu buah.
6.       Meteran ukuran 10 m atau 20 m berfungsi untuk mengukur lebar plot, panjang garis transek dan mengukur keliling batang pohon.
7.       Pita diameter dua buah.
8.       Spidol permanent.
9.       Tally sheet dan alat tulis berfungsi untuk mencatat data yang diperoleh.
10.    Parang dua buah.
3.3.      Prosedur Pelaksanaan
            Metode analisis vegetasi menggunakan kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis berpetas (untuk risalah permudaa). Skematik petak contoh dapat dilihat gambar. Prosedur pelaksanaa praktik, dalam rangka pengumpulan data vegetasi diuraikan sebagai berikut:
1.         Pembentukan kelompok praktik. Setiap kelompok beranggotakan 8 mahasiswa.
2.       Menentukan lokasi/unit contoh (jalur pengamatan).
3.       Membuat jalur pengamatan/pengukuran dengan bantuan kompas dan tetapkan/tentukan pula azimuth jalur pengamatannya. Panjang jalur pengamatan yang dibuat oleh setiap kelompok praktik yakni 50 m.
4.       Pembuatan plot dan sub plot pengamatan dilakukan dengan sistem nested sampling yang ditempatkan disepanjang jalur pengamatan. Hal tersebut ditunjukkan dalam gambar.
5.       Pengamatan (pengumpulan) data vegetasi dilakukan pada plot ukuran: 10 m x 10 m (untuk tingkat pohon), 5 m x 10 m (untuk tingkat tiang), 5 m x 5 m (untuk tingkat pancang) dan 2 m x 2 m (untuk tingkat semai). 
6.       Mencatat data vegetasi, untuk tingkat semai dan pancang meliputi jenis dan jumlah individu setiap jnis, sedangkan untuk vegetasi tingkat tiang dan pohon variable yang dicatat dan diukur meliputi jenis dan diameter (130 cm diatas permukaan tanah). Format tally sheet dapat dilihat contoh. Dalam praktik ini digunakan criteria pertumbuhan vegetasi sebagai berikut:
a)      Semai              : Anakan pohon/permudaan setinggi ≤ 1,5 m
b)      Pancang           : Permudaan yang tingginya ≥ 1,5 m sampai diameter < 10 cm
c)      Tiang               : Pohon muda yang berdiameter mulai 10 cm sampai < 20 cm
d)     Pohon              : Pohon dewasa berdiameter ≥ 20 cm
3.4.      Analisis Data
            Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis baik INP dan parameter kuantitatif lainnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:  
Kerapatan   (K)           =          Jumlah individu 
 
                                               Luas petak ukur
Kerapatan relatif (KR)            =          Kerapatan satu jenis     x 100%
                                                            Kerapatan seluruh jenis
Frekwensi     (F)                      =          Jumlah petak penemuan suatu jenis
                                                            Jumlah seluruh petak
Frekwensi relatif  (FR)            =          Frekwensi suatu jenis  x 100%
                                                            Frekwensi seluruh jenis
Dominansi    (D)                     =          Luas Bidang Dasar suatu jenis   
                                                            Luas petak ukur
Dominansi relatif   (DR)         =          Dominansi suatu jenis  x 100%
                                                            Dominansi seluruh jenis
Nilai Penting (INP)                 =          Kr + Dr + Fr ; untuk vegetasi tiang dan pohon
Nilai Penting                           =          Kr + Fr ; untuk vegetasi pancang dan semai















IV.    HASIL PRAKTIK
4.1.    Komposisi Hutan
          Kelompok kami yaitu kelompok 2 yaitu jalur 3, bidikan azimuth kami yaitu 1580 dan back azimuthnya adalah 1580 + 1800= 3380.  Adapun vegetasi yang kami dapat dijalur 3 adalah:
1)    Jelutung (Dyera sp)
Kingdom     : Plantae
Devisi         : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas          : Mangnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo           : Gentianales
Family        : Apocynaceae
Genus                   : Dyera
Spesies       : Dyera costulata Hook
2)    Blangeran (Shorea blangeran)
Kingdom     : Plantae
Devisi         : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas          : Mangnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo           : Theales
Family        : Dipterocarpacea
Genus                   : Shorea
Spesies       : Shorea blangeran Burck
3)    Spesies 1
Kingdom     :
Devisi         :
Kelas          :
Ordo           :
Family        :
Genus                   :
4)    Bintangur (Calophyllum inophyllum)
Kingdom     : Plantae
Devisi         : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas          : Mangnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo           : Malpighiales
Family        : Clusiaceae
Genus                   : Calophyllum
5)    Galam (Malaleuca leucadendra lyn)
Kingdom     : Plantae
Devisi         : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas          : Mangnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo           : Myrtales
Family        : Myrtaceae
Genus                   : Melaleuca
Spesies       : M. leucadendra
6)    Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq)
Kingdom     : Plantae
Devisi         : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas          : Mangnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo           : Theales
Family        : Dipterocarpacea
Genus                   : Shorea
Spesies       : Shorea leprosula Miq
7)    Spesies 2
Kingdom     :
Devisi         :
Kelas          :
Ordo           :
Family        :
Genus                   :
8)    Spesies 4
9)    Sungkai (Peronema canescens)
Kingdom     : Plantae
Devisi         : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas          : Mangnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo           : Lamiales
Family        : Verbeaceae
Genus                   : Penorema
Spesies       : Peronema canescens
10)    Akasia daun kecil (Acacia crassicarpa)
Kingdom     : Plantae
Devisi         : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas          : Mangnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo           : Fabales
Family        : Fabaceae
Genus                   : Acacia
Spesies       : A. crassicarpa
11)    Akasia daun kecil (Acacia mangium)
Kingdom     : Plantae
Devisi         : Mangnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas          : Mangnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Ordo           : Fabales
Family        : Fabaceae
Genus                   : Acacia
Spesies       : A. mangium
         Berikut adalah tabel Formulir lapangan untuk vegetasi Tingkat Semai dan Pancang.
Tabel 1. Formulir lapangan untuk vegetasi Tingkat Semai dan Pancang.
No jalur
No PU
Nama Jenis
Jumlah individu
Ket
3
1
 -
0
Semai


Jelutung
1
Pancang


Spesies 1
1
Pancang


Blangeran
1
Pancang


Blangeran
1
Pancang

2
Blangeran
1
Pancang


Blangeran
1
Pancang


Calophylum
1
Pancang


Galam
1
Pancang

3
Jelutung
1
Semai


Jelutung
1
Semai


Jelutung
1
Semai


meranti tembaga
1
Pancang


Spesies 2
1
Pancang


spesies 2
1
Pancang


Blangeran
1
Pancang

4
spesies 4
1
Pancang


Blangeran
1
Pancang


sungkai
1
Semai


sungkai
1
Semai


sungkai
1
Semai


sungkai
1
Semai


meranti tembaga
1
Pancang


sungkai
1
Pancang


Calophylum
1
Pancang


Blangeran
1
Pancang

5
Blangeran
1
Pancang


Blangeran
1
Pancang


sungkai
1
Pancang
Berikut adalah tabel Formulir lapangan untuk vegetasi Tingkat Tiang,dan Pohon.
Tabel 2. Formulir lapangan untuk vegetasi Tingkat Tiang dan Pohon.
No jalur
No PU
Nama Jenis
Diameter (cm)
Ket
3
1
Blangeran
9.55
tiang

2
Nihil
0
-

3
Akasia daun kecil
41.4
pohon


Akasia daun kecil
27.7
pohon


Akasia daun lebar
18.15
tiang

4
Akasia daun kecil
23.88
pohon

5
Akasia daun lebar
29.29
pohon


Akasia daun lebar
21.33
pohon

4.2.      Struktur Tegakan
·      Jalur            = 1,
Plotnya       = 5
Jumlah petak ukur = 1 x 5 = 5
·      Luas Petak ukur ; tingkat tiang      = 5 m x 10 m x 50 m/ 10000 = 0.25 m
Tingkat pohon = 10 m x 10 m x 50 m/10000 = 0.5 m

Untuk nilai K dan dan Lbd Tingkat tiang dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Nilai K dan dan Lbd Tingkat tiang
No Jalur
No
PU
Nama jenis
Diameter
K
KR (%)
Lbd
13
1
Blangeran
9.55
1/2 x 0.25 = 0.125
0.125/0.25 x100 = 50
¼ x 3.14 x (9.55)2/10000 = 0.0071

3
Akasia daun lebar
18.15
1/2 x 0.25 = 0.125
0.125/0.25 x100 = 50
¼ x 3.14 x (18.15)2/10000 = 0.0258




0.25
100


Untuk nilai K dan dan Lbd Tingkat pohon dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Nilai K dan dan Lbd Tingkat Pohon
No Jalur
No
PU
Nama jenis
D
K
KR (%)
Lbd
13
3
Akasia daun kecil
41.4
3/5 x 0.5 = 0.3
0.3/0.5 x 100= 60
¼ x 3.14 x (41.4)2/10000 = 0.1345

3
Akasia daun kecil
27.7


¼ x 3.14 x (27.7)2/10000 = 0.0602

4
Akasia daun kecil
23.88


¼ x 3.14 x (23.88)2/10000 = 0.0447

5
Akasia daun lebar
29.29
2/5 x 0.5 = 0.2
0.2/0.5 x100 =40
¼ x 3.14 x (29.29)2/10000 = 0.0673

5
Akasia daun lebar
21.33


¼ x 3.14 x (21.33)2/10000 = 0.0357
Jlh



0.5
100 %


4.3.      Dominansi Jenis (INP)
Nilai Penting (INP) =  Kr + Dr + Fr ; untuk vegetasi tiang dan pohon
Untuk nilai INP Tingkat tiang dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Nilai INP Tingkat Tiang
F
FR (%)
D
DR (%)
INP (%)
1/5 = 0.2
0.2/0.4 x 100 = 50
0.125 x 0.0071=
0.0008
0.0008/0.0041 x 100 =
21.6826

50 +50
+
21.6826= 121.6826

1/5 = 0.2
0.2/0.4 x 100 = 50
0.125 x 0.0258=
0.0032

0.0032/0.004 x 100=
78.3173

50+50+78.3173
=178.3173
0.4
100
0.0041

100
300

Untuk nilai INP Tingkat pohon dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Nilai INP dan dan Lbd Tingkat Pohon.
F
FR (%)
D
DR (%)
INP (%)
3/5= 0.6
0.6/1x100=60
0.3x0.0798=0.0239
0.0239/0.0342x100=69.88
60+60+69.88= 189.88
2/5= 0.4
0.4/1x100=40
0.2x0.0515=0.0103
0.0103/0.0342x100=30.11
40+40+30.11=
110.11
1
100
0.0342
100
300

4.4.      Keanekaragaman Jenis (H’)
Untuk nilai H Tingkat tiang dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Nilai H Tingkat Tiang
Jenis
Nilai H tingkat Tiang
Blangeran
H= -∑(121.6826/300) log (121.6826/300)
H= -∑0.4056 log 0.4056
H=-∑0.4056 x (-0.3919)
H=0.1587
Akasia daun lebar
H= -∑(178.3173/300) log (178.3173/300)
H= -∑0.5943 log 0.5943
H=-∑0.5943 x (-0.2259)
H=0.3142

Untuk nilai H Tingkat Pohon dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Nilai H Tingkat Pohon

Jenis
Nilai H tingkat Tiang
Akasia daun  kecil
H= -∑(189.88/300) log (189.88/300)
H= -∑0.6329 log 6329
H=-∑0.6329 x (-0.1986)
H=0.0021
Akasia daun  lebar
H= -∑(110.11/300) log (110.11/300)
H= -∑0.3670 log 0.4352
H=-∑0.3670 x (-0.4352)
H=0.1597

4.4.      Tingkat Pemusatan Jenis (ID)
Untuk nilai ID Tingkat tiang dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Nilai ID Tingkat tiang
Jenis
ID
Blangeran
ID =∑(n-i/N)2
ID = ∑(121.6826/300)2
ID = (0.4056)2
ID = 0.1645
Akasia daun lebar
ID =∑(n-i/N)2
ID = ∑(178.3173/300)2
ID = (0.5943)2
ID = 0.3533

Untuk nilai ID Tingkat pohon dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Nilai ID Tingkat Pohon
Jenis
ID
Akasia daun kecil
ID =∑(n-i/N)2
ID = ∑(189.88/300)2
ID = (0.6329)2
ID = 0.400
Akasia daun lebar
ID =∑(n-i/N)2
ID = ∑(110.11/300)2
ID = (0.3670)2
ID = 0.1347












V.      KESIMPULAN
            Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah:
·         Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
·         Banyaknya jenis dan jumlah individu yang dapat ditemukan di daerah tertentu dari suatu populasi yang membentuk suatu komunitas dan menjadi ekosistem pada pengamatan Analisis vegetasi.
·         Definisi Tegakan adalah suatu unit-unit pengelolaan hutan yang cukup homogen, sehingga dapat dibedakan dengan jelas dari tegakan yang ada di sekitarnya. Perbedaan itu disebabkan karena umur, komposisi, struktur atau tempat tumbuh. Dalam hal ini kita kenal adanya tegakan pinus, tegakan jati, tegakan kelas umur satu, dua, dan lain sebagainya.
·         Teknik analisis vegetasi ada 2 cara, yaitu dengan Plot dan tanpa Plot.
·         Vegetasi yang ada dalam jalur pengamatan kami ada 11 jenis yaitu: Jelutung, Spesies1, Blangerang, Calophylum, Galam, Mranti tembaga, Spesies 2, Spesies 3, Sungkai, Akasia daun kecil, Akasia daun lebar.
·         Yang termasuk dalam vegetasi tingkat Semai adalah Jelutung, Spesies1, Calophylum, Galam, Mranti tembaga, Spesies 2, Spesies 3, Sungkai, Akasia daun kecil, Akasia daun lebar.
·         Yang termasuk dalam vegetasi tingkat tiang adalah Akasia daun lebar, Blangerang.
·         Yang termasuk dalam vegetasi tingkat Pohon adalah adalah Akasia daun lebar dan Akasia daun kecil.
·           Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Luasan petak contoh pada vegetasi tingkat tiang       = 5 m x 10 m x 50 m/ 10000 = 0.25 m.Tingkat pohon = 10 m x 10 m x 50 m/10000 = 0.5 m

















DAFTAR PUSTAKA

Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wahyu, Ikhsan. 2009. Analisis Vegetasi. http://biologi08share.blogspot.com/2009_04_01_ archive.html. . Diakses pada Tanggal 9 Desember 2014.

Andre. M. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.            http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana mempelajari     analisa-vegetasi/. Diakses pada Tanggal 10 Desember 2014.

Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM Press
Admin. 2009. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan- bagaimana-mempelajari-analisa-vegetasi/ . Diakses pada Tanggal 10 Desember 2014.

Wikipedia, 2012. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/10/struktur-dan-komposisi-vegetasi.html. . Diakses pada Tanggal 15 Desember 2014.








LAMPIRAN















 


                                                                                               










Gambar 1. Merintis semak                                                Gambar 2. Membuat jalur dengan membidik
 












Gambar  3. Pembuatan plot             
 





                                 







Gambar  4. Pembuatan jalur
 

                                                                                                                                                                               












Gambar  5. Membuat batas plot


                                               













Gambar  6 . Mengukur keliling pohon.                            Gambar  7. Keliling pohon













Gambar  8. Penulisan data pada tally sheet                  Gambar 9. Pembuatan label jenis pohon
 

                                                                               











                                                                Gambar 10. Nama Jenis dan keliling pohon
 












                                Gambar 11. Alat dan Bahan Praktikum


 














Gambar  12. Foto Bersama Kelompok 3 dan Dosen



Tidak ada komentar:

Posting Komentar